Minggu, 09 Desember 2012

TO YOU

Maybe i am not pretty
but i have something what she never have it
so I'm ready to move forward

Sabtu, 01 Desember 2012

O---

#DESEMBERWISH

GOD, I WILL TRYING TO GET WHAT I WANT, ALWAYS. BUT I WISH YOU HELP ME TO OPENED HIS HEART TO ME :) AMEEN.

Sabtu, 24 November 2012

ketidakwarasan padaku

Ketidakwarasan Padaku

Membuat Bayangmu Slalu Ada

Menentramkan Malamku

Mendamaikan Tidurku

Ketidakwarsan Padaku

Membuat Hidupku Lebih Tenang

Aku Takkan Sadari

Bahwa Kau Tak Lagi Di Sini


aaaaaaaaa-------- kadang kita harus merasa jatuh yang dalam dulu biar bisa merasakan kesakitan. atau bahkan kadang kita harus lari ribuan kilo dalam waktu satu detik dulu biar bisa tau rasanya capek. and then, now, i feel it :( so deep i think. but it's life, i must get up and runing

let it water flow :)
aku bisa membuatmu blablabla :")

Minggu, 18 November 2012

Tiba-tiba cinta datang

Tiba-tiba cinta datang kepadaku
Saat ku mulai mencari cinta
Tiba-tiba cinta datang kepadaku
Ku harap dia rasakan yang sama

Di sesuatu saat ku melihat dia
Ada getaran membuatku rindu
Senang hatiku saat ku dengar suaranya
Ingin selalu ada di dekatnya

Saat ku sendiri ku bayangkan dia
Datang padaku dengan cinta
Di keramaian ku merasa sepi
Saat tak ada dirinya

Tiba-tiba cinta datang kepadaku
Saat ku mulai mencari cinta
Tiba-tiba cinta datang kepadaku
Ku harap dia rasakan yang sama

Di sesuatu saat ku melihat dia
Ada getaran membuatku rindu
Senang hatiku saat ku dengar suaranya
Ingin selalu ada di dekatnya

Saat ku sendiri ku bayangkan dia
Datang padaku dengan cinta
Di keramaian ku merasa sepi
Saat tak ada dirinya

Tiba-tiba cinta datang kepadaku
Saat ku mulai mencari cinta
Tiba-tiba cinta datang kepadaku
Ku harap dia rasakan yang sama

Ku harap dia rasakan yang sama
Ku harap cinta akan tiba

Tiba-tiba cinta datang padaku
Saat ku mulai mencari cinta
Tiba-tiba cinta datang kepadaku
Ku harap dia rasakan yang sama

Tiba-tiba cinta datang kepadaku
Saat ku mulai mencari cinta
Tiba-tiba cinta datang kepadaku
Ku harap dia rasakan yang sama
Ku harap dia rasakan yang sama (ku harap dia)
Ku harap dia rasakan yang sama
Ku harap dia rasakan, rasakan yang sama

***
tiba-tiba cinta datang kepadaku <3 nbsp="nbsp" p="p">hahaha asem tenan kok
pas aku lagi nyoba lali eh malah teko meneh
asem asem



Rabu, 14 November 2012

Gamafest2012

wonderland
welcome to Wonderland. This event was held at Purna Budaya ugm. Than it was so exceted :)) 

me :))

I was at the gate of the event. I took the photo on a wall covered with posters saying Wonderland

topek sama mirul
 I met my close friend :) he is Topek. em, Nur Taufik Hidayat.  I'm his fellow soldier.
and we have not met. many conversations. many sciences.
 
:)




:D

  I wanted to take pictures with the intention background people play football.


sister
 because I'm single,  I'm single. hahaha

Selasa, 13 November 2012

Hutan ini (lagi)

Apa boleh aku mengeluh padamu, Tuhan?
Aku seperti telah tersesat pada hutan yang sama. Ketika aku mulai melangkah, pikiranku sudah melangkah kedepan. Namun hatiku terlalu membatu untuk percaya. Pada akhirnya aku salah melangkah. Ketika aku menemui sebuah pohon kokoh aku sudah paham pohon itu tetap akan tumbang. Namun kebodohanku adalah tetap bersandar dan mempercayakan tubuhku padanya. Aku terjatuh, Tuhan. Batu besar yang aku kira dapat melindungiku dari ribuan binatang liar ternyata juga masih sama. Sama-sama masih bisa hancur. 
Mungkin hutan ini berbeda, Tuhan. Namun di dalamnya aku merasa sama. Aku merasa selalu tersesat dan tergoyahkan. Ketika aku berharap pada sesuatu maka sesuatu itu hanya berada padaku sementara. ya, hanya sementara. Dan pada akhirnya aku selalu merasa kehilangan.

Lalu ketika kebahagiaan itu sudah ada, sedetik kemudian menjadi lenyap dan hilang semuanya. Terimakasih. Setidaknya aku pernah merasa bahagia karena itu. Terimakasih.

Sabtu, 10 November 2012

Jatuh, cinta!




ya perlahan punggungmu pun ikut menghilang dari sudut mataku. Sekali lagi. Ini murni kesalahanku. Fatal. Sangat sulit untuk membuatmu kembali ke sampingku lagi. Bahkan kini dengan satu matapun aku mampu melihat kamu benar mencoba menghilang dariku.

Maaf. Aku tidak tahu benar bagaimana caranya membuatmu memandangku lagi. Membuatmu memanggilku sayang. Membuatmu benar-benar mabuk karena cintaku. Aku ingin semuanya kembali lagi. Kembali seperti dulu. Seperti ketika kau benar-benar berada satu langkah dibelakangku untuk menjagaku. Atau ketika aku merasa aman selalu berjalan didepanmu. Didepan mata pengelihatanmu, tanpa benteng apapun.

"Lihatlah senja kali ini. Indah." Kata Rayya.
 "Ya, seindah dirimu." Fathan menatap sudut mata kanan Rayya.
 "Dua burung itu juga tak kalah indahnya. Terbang bersama. Sepertinya mereka sangat bergembira memutari langit senja yang indah hanya berdua." Rayya membentuk tangannya menyerupai burung terbang. Matanya menggeliat mengikuti tubuh dua binatang berwarna putih itu mengelilingi langit indah ketika senja tak kunjung menghilang.
 "Seperti kita sekarang. Burung-burung itu juga mengatakan mereka sedang melihat dua orang yang sedang menikmati senja. Mereka menatap kita dan berkata indah. Ya, seindah mereka." Fathan merangkulkan tangannya ke pundak Rayya.

Lengang. Rayya menatap lekat kembali dua burung itu. Namun sesekali sudut matanya melirik ke tangan Fathan yang sedari tadi menyemtuh pundaknya. Hangat. Rayya merasakan kehangatan mendalam dalam dirinya. Keindahan selalu melekat padanya ketika dia berada disamping laki-laki itu. Fathan. Memang hanya Fathan yang selalu membuatnya terbang seperti burung-burung itu setiap senja.

"Lihat burung itu, Than. Mereka terbang berlawanan arah." Tangan Rayya menunjuk pada kedua burung yang sedari tadi menghiasi senja.
"Iya."
"Apa kita juga harus pergi berlawanan arah?" Suara Rayya membuat Fathan tertegun dan suaranya seperti mendadak menghilang. Tatapan kosongnya mengarah tepat pada mata Rayya.
"Tidak."
"Sebaiknya memang kita harus pergi berlawanan arah."
"Tidak. Kita akan selalu berjalan beriringan."
"Tapi kedua burung tadi berpisah."
"Kita bukan mereka."
"Jangan pernah cintai aku lagi, Than."

Semuanya terasa menyakitkan. Ketika aku merasa aku tidak ingin terjatuh dan terpuruk kehilanganmu, aku justru melakukan sesuatu yang membuatku benar-benar akan kehilanganmu. Aku salah. Aku melakukan kesalahan lagi. Satu. Kali ini hanya satu. Tapi esok, lusa, dan seterusnya akan bertambah banyak dan aku akan kehilanganmu semakin cepat.

Bukan maksudku seperti itu. Aku hanya takut, ketika kamu benar-benar mencintaiku tapi aku tidak membalasnya dengan baik. Aku takut mengecewakanmu. Aku takut, sayang. Aku tidak pernah membayangkan ketika suatu saat aku harus kehilanganmu dimana cinta dalam hati ini sudah benar-benar tumbuh dan bermekaran. Aku tidak ingin. Aku tidak mau. Sebenarnya aku tidak ingin kehilanganmu.

"Than, maaf."
"Kenapa?"
"Entah."
"Kamu dulu yang pernah bilang aku tidak boleh mencintaimu. Tapi apa yang terjadi? Justru setiap kali aku sedang mencoba, kamu datang dan membuatku semakin dalam mencintaimu."
"Maaf."
"Bahkan hanya dengan mendengar kata maaf darimu, hatiku seolah tergetar dan semakin ingin memilikimu."
"Maafkan aku."
"Lalu sekarang apa yang harus aku lakukan? Tetap harus melupakanmu dan pergi atau aku sudah diberi ijin untuk tetap mencintaimu?"

 
Lalu kini apa yang harus aku katakan? Tetap mempertahankanmu atau aku segera melewatkanmu? Bantu aku. Aku melakukan semuanya hanya untukmu.

"Maaf, aku tetap harus pergi."

***
Tangga -Terbaik Untukmu
Aku ingin kau tetap di sini bersamaku, Jangan pergi
Kadang aku merasa sangat egois saat menyuruhmu tetap disini
Tapi percayalah akulah yang terbaik :)

Minggu, 04 November 2012

aku suka

ini waktunya bermimpi
satu lagi kenangan yang datang dan menyapaku
tentang dia
masih selalu tentang dia

seperti Tuhan memberiku kesempatan
mungkin hanya untuk memandang
tapi aku suka

aku masih suka
aku akan selalu suka
aku memang suka

wajahnya
ya
aku suka dirinya
aku suka, Tuhan.

goodbye


Senja menimbulkan kesunyian diantara keduanya. Matahari masih enggan pergi. Luna masih saja terdiam dengan raut muka tidak seperti biasanya. Sementara Farhan masih saja menatap kedepan. Taman kota sore itu sangat riuh, namun situasi itu tidak membuat Luna dan Farhan turut meramaikannya. Bungkam. Tidak seorang dari mereka berdua mampu berkata-kata.

"Kenapa, Lun?" Farhan mulai berani mengeluarkan suaranya. "Aku masih tidak mengerti."
"Intinya, kamu jangan pernah suka denganku." Luna menyenderkan kepalanya dibahu Farhan. Cercah matahari yang menguning terlihat sedikit redup dan mulai memudar.
"Kenapa, Lun? Apa alasannya?" Tangan Farhan mulai mengelus rambut indah Luna.
"Karena kamu, Farhan."
"Lalu aku harus bagaimana? Lalu harus aku apakan perrasaan ini?"
"Buang." Luna kembali menegakkan tubuhnya. Dia berdiri dan berjalan menuju sebuah pohon besar tempat dia meletakkan ranselnya.
"Bagaimana caranya aku membuang perasaan ini?" Farhan berjalan mengikuti langkah Luna.
"Aku tidak tahu." Luna berjalan lebih cepat dan hilang begitu saja dari hadapan Farhan.

Matahari masih saja berwarna orange. Farhan tidak mampu lagi melihat sosok Luna, gadis yang selama ini selalu mengisi hari-harinya. Luna. Ya, Farhan sangat mencintai Luna. Sangat.

***

"Lun, aku mau tanya sesuatu." Aku ingat sekali kata-kata itu. Kata-kata yang membuatku berpikir seribu kali untuk menjawabnya. 
"Kamu tau, Han? Aku pernah bilang, jika kamu bertanya padaku, kamu harus memilih waktu yang tepat."
"Aku ingat."
"Apa kamu pikir ini waktu yang tepat?"
"Ya."
Kamu tahu, Han, saat itu aku merasa bukan waktu yang tepat.
"Apa aku boleh suka denganmu?"
Dan benar, Han. Itu bukan waktu yang tepat.

***

"Intinya masih sama, jangan pernah kamu suka denganku." Luna menatap Farhan yang kala itu sedang duduk di teras rumah Luna.
"Kenapa, Lun. Beri aku satu alasan yang kuat, agar aku bisa menerima permintaanmu itu." Farhan menatap mata Luna dengan lekat.
"Karena kamu, Han."
"Aku kenapa, Lun?"
"Aku tidak ingin kehilangan kamu. Aku takut kamu pergi dari sini, suatu hari nanti."
"Tidak akan, Lun. Kamu harus percaya denganku."
"Tidak." Luna berdiri menatap Farhan. "Aku takut kehilanganmu."
"Lalu aku harus bagaimana?"
"Buang perasaan itu. Untukku."
"Tidak bisa."
"Jika begitu, pergilah dari hidupku."
"Lun."

Luna bergegas masuk ke dalam rumahnya. Pintu tertutup lalu dia menguncinya. Tangannya masih menempel pada gagang pintu.

Perasaan kita sama, Han. Aku takut suatu hari nanti aku akan kehilanganmu dan perasaan itu. Maafkan aku. Jauh lebih baik ketika kamu pergi sebelum aku benar-benar merasakan hal yang sama dengan yang kamu rasakan. Aku tidak mau hal yang sama terjadi padaku lagi dan aku tidak ingin kehilanganmu.

"Aku mencintaimu, Lun." Terdengar suara Farhan bergetas dan sangat lirih dari luar rumah. "Aku akan pergi jika itu maumu. Terimakasih untuk selama ini. Aku sangat mencintaimu."

Aku juga, Han. Maaf.

***
Terjebak Nostalgia -Raisa
dan aku pernah mengalaminya enam tahun yang lalu.
aku takut hal yang sama terjadi lagi.
namanya masih melekat dan aku takut itu sangat menyakitkan.
masih sama dengan yang dulu.
baek seung joo masih ada disini, dihatiku

Jumat, 02 November 2012

this is the picture

dan setelah otak gue dipenuhi dengan buku setiap malam, akhirnya malam ini gue mulai terbebas dari yang namanya uts dan buku dengan puluhan bab --" terimakasih ya Allah. Dan dengan kebahagiaan yang menari-nari *yes* gue berhasil menyambangi laptop dan menghidupkan wifi. Alhasil mulai menulis di sini lagi.

gak sengaja banget tadi tiba-tiba iseng buka foto-foto di facebook dan nemuin foto yang di uplot ismi dulu. Foto yang dulu pernah jadi kontrofersi di kelas dan bikin gue jadi ngeekkk :p dan selama tiga tahun gosip itu merebak luas. dan sampe sekarang masih aja menjadi-jadi

this is the picture
itu foto gue sama dia *pip* hahaha, itu foto yang nyuri ismi. itu kejadiannya waktu pelajaran apa gue lupa selupa-lupanya *sok lupa* dan gue lagi ngobrol sama onto. dan gue enggak pernah tau ada yang moto dan gue baru sadar waktu foto itu sudah tersebar di facebook grup -O-

dan tadi waktu gue nemu lagi foto itu. bener. gue langsung sms onto :p kangen sekali sama dia :)))
and now, i want to met him :3
i miss you so

Jumat, 26 Oktober 2012

ya


benar.
aku tidak bisa menjamahnya.
hanya khayalan belaka.
terimakasih.

Sabtu, 06 Oktober 2012

angin

kalau boleh aku ingin manjadi angin
tidak pernah terlihat namun mampu menyejukkan
aku tidak ingin menjadi pohon beringin
meskipun meneduhkan tapi terlalu menakutkan

Minggu, 30 September 2012

Octoberwish

Wake Me Up When September Ends...................

tinggal lima menit lagi september akan berakhir.
october.

I have many wishes

*magang. semoga gue ketrima magang di kantor itu
*author. semoga oktober ini bisa membawa pencerahan buat gue terus nulis,nulis,dan nulis. semoga novel kelar.
*study. semoga mid semester yang pertama di kuliahan ini berjalan dengan sukses. setidaknya nilai gue harus di atas rata-rata.
*sukses. maunya gue harus sukses dunia dan akhirat.
*anfield. sedikit lebay, tapi gue pengen banget bisa terbang ke anfield dan nonton liverpool.

Sabtu, 29 September 2012

Gift From Mr.Kim, Aida MA


Mr.Kim Tae Wo. Dilihat dari namanya sudah teridentifikasi bahwa Mr. Kim ini adalah keturunan Korea. Bisa jadi dia orang asli korea ataupun juga hanya keturunan korea. Namun dari bentuk wajah yang tergambar dalam cover buku Looking For Mr. Kim ini, di bayangan saya, Mr. Kim adalah orang korea asli. Dia memiliki bentuk wajah panjang, seperti oval namun di area dahi dan dagu agak panjang. Kulitnya jelas putih dan matanya pasti sipit. Bola matanya berwarna coklat tua dengan alis mata yang tidak tebal. Mulutnya kecil, hidungnya kecil dan Lehernya tidak terlalu panjang. Model rambut Mr. Kim cepak namun rapi. Tinggi badannya sekitar 180cm dengan berat 60kg. Dia terlihat tidak gemuk dan juga tidak kurus. Tubuhnya sangat proporsonal. 

Mr. Kim ini berusia 35 tahun. Dia seorang pekerja keras. Dia adalah seorang menejer sebuah perusahaan besar di korea. Setiap hari dia menggunakan stelan jas yang rapi dan dasi yang padu. Dia bukan seorang yang mudah marah, namun dia terlalu idealis. Mr. Kim selalu terlihat berwibawa. Dia bukan orang yang mudah putus asa. Mr. Kim seorang yang pemberani.

Mr. Kim memiliki sebuah rumah yang sangat besar dengan pagar-pagar besi mengelilingi rumahnya. Rumah Mr. Kim memiliki arsitektur yang sangat indah dan penempatan segala barangnya sangat teratur. Rumah Mr. Kim dirancang sederhana dan tanpa banyak pembatas didalamnya. Mr. Kim memiliki dua buah mobil mewah yang selalu terparkir di dalam rumahnya. Dia juga menanami pohon-pohon di sekeliling rumahnya.

Mr. Kim memiliki hobi jalan-jalan. Saat usianya masih muda, dia senang sekali berjalan-jalan ke luar negri. Karena dia keturunan orang kaya, maka dari itu dia dengan mudah dapat berjalan-jalan keluar negri. Hampir seluruh dunia pernah dia kunjungi, dengan bakat berbahasa asing yang dia miliki dia melakukan itu.

Itu dia yang langsung terlintas di otak saya ketika saya mendengar nama Mr. Kim Tae Wo, sosok misterius yang ada di balik cover novel Looking For Mr. Kim dan dari beberapa resendi yang saya baca. 

***
kenapa saya tiba-tiba menulis tentang Mr. Kim? 
soalnya baru saja saya blog walking dan menemukan give away dari mbak Aida.
semoga apa yang saya pikirkan tentang Mr. Kim benar
dan semoga Mr. Kim adalah orang yang seperti ada di otak saya :))
-dilla-








Sabtu, 22 September 2012

Bunda

Semua orang sudah tertunduk lesu. Ayah menatapku lusuh. Kakak-kakakku menerawang jauh. Sementara aku hanya bisa menyandarkan tubuh dan memperhatikan sekelilingku.

"Hari ini kamu pulang jam berapa?" Tanya Bunda padaku.
"Tidak terlalu malam. Mungkin sesudah Isya." Jawabku. "Aku berangkat dulu, Bunda."
"Jangan pulang malam-malam."

Aku menatap wajah Bunda. Cantik. Kulitnya putih, halus, dan terawat. Wajahnya lembut. Sebelumnya aku tak pernah menyadari itu. 
Bunda. Bunda selalu mengajariku tentang ketegaran. Bunda selalu menegakkan tubuhku ketika aku lunglai dan akan jatuh. Ya, hanya Bunda yang bisa melakukan itu untukku.

"Suatu hari nanti kamu pasti bisa tanpa Bunda." 
"Aku tidak akan pernah bisa berdiri tegak tanpa topangan Bunda."
"Kamu bisa, sayang. Kamu jauh lebih kuat dibanding Bunda."
"Hanya Bunda yang bisa mengajakku berdiri ketika aku jatuh."
"Makanya mulai sekarang kamu harus belajar berdiri, berjalan, lalu berlari. Kamu pasti bisa."
"Semoga."

Aku masih ingat, Bunda. Aku berjanji aku akan berrdiri tegak ketika aku merasa lunglai. Aku pasti akan berdiri meski kau sudah tidak menopangku lagi.

Selamat jalan, Bunda.
Lihatlah, aku tegar akan kepergianmu. Ketahuilah aku yang akan menggantikanmu sebagai penopang keluarga ini. Aku yang akan membuat Ayah dan kakak-kakak menjadi tegar, seperti ketika kau membuat kami selalu berdiri tegak.

Bunda, ada dan tiada dirimu kan selalu ada di dalam hatiku.

Senin, 17 September 2012

Keepsake



Setidaknya hari ini aku masih bisa mengunjungi tempat ini. Meski aku tidak yakin, tapi aku berharap ini kali terakhir aku berada di sini. Kecuali, jika besok pagi tiba-tiba semuanya berubah. Aku menjadi amnesia dan tidak ingat dia lagi. Atau kenyataan ini yang berpaling, tidak ada perempuan itu dan segala kenangan mereka.

"Ini taman Keepsake."
"Kenapa begitu?"
"Taman kenangan. Karena ini taman milik kita. Ini akan menjadi kenangan indah di antara kita." Dilla menatap Athan tajam. Matanya memancarkan ketakjuban kepada orang yang sedang berdiri kokoh didepannya.

Bukan perkara mudah memutuskan hal ini. Namun ribuan alasan telah menyatu dan memenuhi hatiku. Bahkan sampai di ujung ulu jiwaku sudah tidak mampu membendungnya lagi.

"Aku selalu merasa bahagia jika berada di sampingmu seperti ini."
"Aku juga."
Senja mulai meredup. Athan menatap wajah Dilla tepat dari samping. Sementara Dilla tidak berani menolehkan sedikitpun wajahnya. Takut.
"Aku selalu berdoa semoga hari-hari kita selalu seperti ini."
"Semoga saja Tuhan mengabulkan doamu, Than."
"Amin."
"Aku menyukai tawamu." Dilla tersenyum menatap Athan yang sedari tadi menggoda dirinya. "Tapi benar, tawamu sunggu indah. Aku yakin ribuan laki-laki di luar sana pasti akan mengatakan hal itu." 

Nyatanya Tuhan tidak pernah mengabulkan doa yang selalu aku panjatkan. Secuilpun tidak pernah. Tapi aku tidak akan pernah mengeluh, karena aku yakin semua akan indah pada waktunya. Setiap apa yang kau katakan aku pikir itu tanda bahwa kau akan memiliki rasa yang sama denganku. Tapi entah. Aku hanya bisa berdoa, berharap, dan menggunggu semuanya.

"Arin, ini Dilla, sahabat terbaikku."
"Arin."
"Dilla."
"Dill, ini Arin, pacarku."

Benarkan. Tuhan tidak mendengar doaku. Benarkan secuilpun tidak ada yang di dengar. atau jangan-jangan Tuhan telah mendengarkan doaku namun Tuhan tidak mengabulkannya? Ah, kenapa Tuhan? Atau memang doaku itu terlalu muluk? Atau aku memang tidak pantas mendapatkan kebahagiaan.

"Bila hari ini tak seperti yang kau bayangkan yang kau inginkan coba pejamkanlah kedua matamu lupakan apa yang terjadi."

Aku ingat betul apa yang dia katakan padaku lima menit yang lalu saat aku meneteskan air mata pertamaku. Lalu kata-kata bijaknya itu harus ku gunakan untuk menyembuhkan luka yang telah dia gorekan? Mengharukan. 

Taman Keepsake, Selamat tinggal. 
Sampaikan salamku pada Athan jika dia kemari. Katakan padanya aku tidak akan kemari sebelum dunia berpihak kepadaku. 

λλλλ
 
"Bagiku sahabat itu lebih dari segalanya." Athan tersenyum menatapku. "Sama. Aku mencintaimu seperti halnya kau mencintaiku. Tapi persahabatan kita lebih dari itu."

Di taman Keepsake aku menyadari.
Semua harapanku telah ku buang. Persahabatan ini lebih dari segalanya. Bahkan suatu hari nanti tidak ada yang tau apa yang akan terjadi. 

Ini jawaban dari Tuhan atas doaku. Tuhan tidak pernah memberi apa yang aku inginkan, tapi Tuhan selalu memberiku segala yang aku butuhkan. Semuanya indah pada waktunya.



***
Dengar -Gita Gutawa
karena esok tidak pernah bisa dibayangkan

Sabtu, 15 September 2012

Refrain -Winna Efendi



Judul: Refrain -Saat Cinta Selalu Pulang
Penulis: Winna Efendi
Penerbit: Gagas Media
Tebal: 318 Halaman

Tidak ada persahabatan yang sempurna di dunia ini, yang ada hanya orang-orang yang berusaha sebisa mungkin untuk mempertahankannya

Don't Judge a Book by its Cover. Kalimat itu sepertinya cocok untuk semua pembaca yang berada di toko buku dan melihat novel Refrain ini. Dari sampul bukunya saja, semua orang pasti akan tertarik untuk membelinya. Buku dengan warna dominan putih yang dihiasi notasi balok yang memenuhinya sangat menarik perhatian mata. Apalagi dengan tambahan sebuah amplop biru di depannya. Dari dalam amplop kita bisa menemui sebuah kertas dengan tulisan "It's always been you" dan itu bisa menjadi poin tersendiri untuk semakin mengatakan bahwa Novel ini wajib dibeli.

Tema cerita yang diusung oleh penulis sangat familiar di telinga pembaca. Persahabatan dan jelas ada cinta di dalamnya.
Karakter-karakter yang dibuat oleh penulis sangat hidup di dalamnya. Penulis mampu membuat para pembaca melukiskan dengan detail bagaimana tokoh-tokoh yang ada di dalamnya.
Alur yang dibuatpun sangat mengesankan dan membuat karakter tokoh-tokohnya semakin menjadi-jadi dan hidup. Juga penulis bisa memberikan gambaran-gambaran kepada pembaca untuk membayangkan secara utuh di setiap peristiwa.

Cerita dimulai dari sebuah Trampolin. 
Sepasang sahabat, Nata dan Niki, mereka bersahabat sedari kecil. Awalnya mereka tidak saling ingin mengenal, namun karena kedekatan kedua ibu mereka, situasi membawa mereka untuk selalu dalam ruang yang sama. Di atas trampolin mereka selalu membicarakan banyak hal, dan suatu ketika Niki menyinggung tentang Cinta. Dari sanalah Novel ini memulai alur ceritanya.
Perlahan persahabatan itu mulai goyah. Diawali dari datangnya seseorang di dalam persahabatan mereka. Lalu Niki yang mulai mencintai seorang laki-laki dan akhirnya mereka menjadi sepasang kekasih.
Kedatangan laki-laki itu membuat Nata begitu cemburu dan benci kepadanya. Nata tidak ingin Niki bersamanya. Nata mulai jatuh Cinta.
Namun akhir cerita di Novel ini sangat menyenangkan. Tidak ada kesedihan di akhirnya.

Jadi, siapapun kalian, jika kalian belum membaca buku ini, saya merekomendasikan untuk membacanya. Saya berani menjamin semua pembaca buku ini tidak akan merasa rugi karena sudah membeli, membaca, dan memilikinya.

So, grab it fast!!!


-dilla-

Kamis, 30 Agustus 2012

fate

ini bukan masalah jarak yang membentang
ini bukan tentang alergi rindu yang akan datang terus, terus dan terus
ini juga bukan rasa yang ingin selalu berada didekatmu

ini hanya sebuah keinginan untuk bisa melihatmu kapanpun aku mau


but, that are our live, we should be in a different place, we have to bury our longing, we can only look at pictures of the motionless, however our love will stay the same, when we are away and we are close, and it applies today and forever

BACK TO THE PAST [ Mira Fadilla ]

KINAN
“Kinannnnnnnnnnnnnnnnnn…………”
Kini aku merasa tubuhku dingin dan perlahan membeku.
●●●
“Ibu, Kinan belum juga bangun.”
“Sudah, biarkan adikmu tidur.”
Sayup-sayup tersengar suara menyebut namaku. Ibu. Aku yakin itu pasti suara ibu. Aku mengenalinya. Lalu siapa anak laki-laki yang berbincang dengan ibuku? Bukankah di rumah ini ibu hanya memiliki dua anak, aku dan kakakku, dan kami sudah dewasa. Siapa dia? Apa ada tamu datang? Ah, sudahlah.
Seorang membuka gorden kamar. Mataku yang masih memberontak sinar matahari yang mulai merambah kamar. Aku membalik tubuh, menghindari sinar yang benar-benar mulai menghujamku. Seseorang menutup kembali gorden itu. Sinar matahari yang tadi menyorotku kini sudah tertameng gerai-gerai gorden.
“Ibu, kakak itu tadi bergerak saat aku membuka gorden.”
Ah. Anak kecil itu benar-benar mengganggu tidur nyenyakku kali ini. Aku membuka mata. Aku melihat seisi kamarku. Masih sama. Namun di sudut kanan dekat pintu, aku melihat sorang anak kecil bersama ibu.
“Siapa dia, Bu?” Tanyaku pada ibu.
“Dia anak saya Kevin. Saudara ini siapa ya?” Ibu bertanya aku siapa? Ibu tidak mengenaliku?
“Aku Kinan, Bu, anakmu.”
“Kinan?” Anak kecil itu mengeluarkan suaranya dan ekspresi mukanya menunjukkan rasa tak percaya.
“Ya, aku Kinan.” Jawabku dengan lantang dan tegas.
“Anak saya Kinan hanya satu. Umurnya baru tiga tahun. Dia sedang tidur di kamarnya.” Ibu, apa yang terjadi sebenarnya.
Seorang anak perempuan kecil datang. “Dia Kinan, adikku.”
Kinan? Aku Kinan. Bukan dia. Ah, apa yang sebenarnya terjadi?
            Semua orang pergi dari hadapanku. Pintu kamar kembali tertutup. 
Ini rumahku. Ibu itu ibuku. Kinan, itu namaku, bukan nama gadis kecil itu. Kevin, dia kakakku, kakakku sudah besar tidak sekecil itu. Jika memang ini nyata, lalu aku sebenarnya siapa? Ah.
            Suara ketukkan pintu terdengar. Aku melihat ibu masuk dari balik pintu diiringi dua anak kecil itu. Mereka mendekat padaku. Secangkir teh ibu letakkan di meja samping tempat tidurku. Lalu dia tersenyum memandangku. Aku tersenyum memandangnya. Mungkin ibu sudah mengingatku kembali.
            “Minumlah, tenangkan dirimu.” Ibu beranjak dan mulai melangkahkan kakinya.
            “Nama kakak Kinan ya? Namaku juga Kinan, Kak. Ini kakakku, Kevin. Aku sangat menyayanginya. Dia yang selalu menjagaku.”
            Anak itu. Kinan. Dia bilang dia menyayangi Kevin? Ah, tidak mungkin. Aku Kinan. Aku sangat membenci kakakku, Kevin. Ya, meskipun itu baru kusadari saat aku beranjak remaja.
            Aku membenci Kevin. Dia yang merusak masa remajaku. Dia yang membuatku harus malu dan mendekam didalam rumah. Dia. Semua ini akibat perbuatannya dulu. Noda bakar di wajahku ini akibat perbuatannya. Dia yang salah.
            Aku menatap dua anak kecil ini penuh benci. Gelas yang berisi teh panas buatan ibu itu aku ambil. Entah karena emosiku atau benar-benar karena tidak sengaja, aku melempar gelas itu. Air panas yang ada di dalamnya seketika muncrat mengenai muka anak perempuan kecil yang menyebut dirinya Kinan itu. Sementara kakak laki-lakinya, Kevin, memeluk Kinan erat. Ibu datang, menatapku tajam.
            “Ini salahku, aku tidak bisa melindungimu, Kinan.” Kevin menangis menatap Kinan.
            Aku lihat wajah Kinan kecil yang memerah dan meninggalkan luka bakar. Aku melihat Kevin kecil menangis sesunggukan menatap wajah adiknya. Aku melihat luka bakar itu persis luka bakarku. Aku. Aku yang melakukannya sendiri. Ini salahku, Kevin tak pernah terlibat didalamnya.
●●●
            “Aku tidak bisa melindungimu lagi, Kinan. Maaf.” Sayup-sayup kudengar suara Kevin. “Maaf Kinan, kali ini air yang kembali membuatmu akan membenciku.”
            Bukan, Kak. Aku yang salah. Aku tersenggol badan seorang perempuan yang mengaku namanya Kinan.