Senin, 17 September 2012

Keepsake



Setidaknya hari ini aku masih bisa mengunjungi tempat ini. Meski aku tidak yakin, tapi aku berharap ini kali terakhir aku berada di sini. Kecuali, jika besok pagi tiba-tiba semuanya berubah. Aku menjadi amnesia dan tidak ingat dia lagi. Atau kenyataan ini yang berpaling, tidak ada perempuan itu dan segala kenangan mereka.

"Ini taman Keepsake."
"Kenapa begitu?"
"Taman kenangan. Karena ini taman milik kita. Ini akan menjadi kenangan indah di antara kita." Dilla menatap Athan tajam. Matanya memancarkan ketakjuban kepada orang yang sedang berdiri kokoh didepannya.

Bukan perkara mudah memutuskan hal ini. Namun ribuan alasan telah menyatu dan memenuhi hatiku. Bahkan sampai di ujung ulu jiwaku sudah tidak mampu membendungnya lagi.

"Aku selalu merasa bahagia jika berada di sampingmu seperti ini."
"Aku juga."
Senja mulai meredup. Athan menatap wajah Dilla tepat dari samping. Sementara Dilla tidak berani menolehkan sedikitpun wajahnya. Takut.
"Aku selalu berdoa semoga hari-hari kita selalu seperti ini."
"Semoga saja Tuhan mengabulkan doamu, Than."
"Amin."
"Aku menyukai tawamu." Dilla tersenyum menatap Athan yang sedari tadi menggoda dirinya. "Tapi benar, tawamu sunggu indah. Aku yakin ribuan laki-laki di luar sana pasti akan mengatakan hal itu." 

Nyatanya Tuhan tidak pernah mengabulkan doa yang selalu aku panjatkan. Secuilpun tidak pernah. Tapi aku tidak akan pernah mengeluh, karena aku yakin semua akan indah pada waktunya. Setiap apa yang kau katakan aku pikir itu tanda bahwa kau akan memiliki rasa yang sama denganku. Tapi entah. Aku hanya bisa berdoa, berharap, dan menggunggu semuanya.

"Arin, ini Dilla, sahabat terbaikku."
"Arin."
"Dilla."
"Dill, ini Arin, pacarku."

Benarkan. Tuhan tidak mendengar doaku. Benarkan secuilpun tidak ada yang di dengar. atau jangan-jangan Tuhan telah mendengarkan doaku namun Tuhan tidak mengabulkannya? Ah, kenapa Tuhan? Atau memang doaku itu terlalu muluk? Atau aku memang tidak pantas mendapatkan kebahagiaan.

"Bila hari ini tak seperti yang kau bayangkan yang kau inginkan coba pejamkanlah kedua matamu lupakan apa yang terjadi."

Aku ingat betul apa yang dia katakan padaku lima menit yang lalu saat aku meneteskan air mata pertamaku. Lalu kata-kata bijaknya itu harus ku gunakan untuk menyembuhkan luka yang telah dia gorekan? Mengharukan. 

Taman Keepsake, Selamat tinggal. 
Sampaikan salamku pada Athan jika dia kemari. Katakan padanya aku tidak akan kemari sebelum dunia berpihak kepadaku. 

λλλλ
 
"Bagiku sahabat itu lebih dari segalanya." Athan tersenyum menatapku. "Sama. Aku mencintaimu seperti halnya kau mencintaiku. Tapi persahabatan kita lebih dari itu."

Di taman Keepsake aku menyadari.
Semua harapanku telah ku buang. Persahabatan ini lebih dari segalanya. Bahkan suatu hari nanti tidak ada yang tau apa yang akan terjadi. 

Ini jawaban dari Tuhan atas doaku. Tuhan tidak pernah memberi apa yang aku inginkan, tapi Tuhan selalu memberiku segala yang aku butuhkan. Semuanya indah pada waktunya.



***
Dengar -Gita Gutawa
karena esok tidak pernah bisa dibayangkan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar