Rabu, 13 Juni 2012

Epilog


Dimas,
Aku bingung mau nulis apa. Tapi aku tahu kamu udah paham, Mas. Aku bingung mau ngomong dari bagian yang mana. Tapi sekali lagi aku percaya gak perlu aku ngomong aja kamu udah paham semuanya.
Mas, intinya aku mau minta maaf. Ya, minta maaf atas segala kesalahanku. Semuanya. Aku tahu enggak akan dngan mudah kamu maafin aku. Tapi lagi-ali aku yakin banget tanpa aku minta maafpun kamu akan mencoba maafin aku.
Hari ini aku ngerasa jadi orang paling konyol waktu aku putusin untuk nulis surat ini. Surat yang isinya ucapan minta maaf. Awalnya aku piker, aku akan datang ke rumahmu, ketemu kamu lalu minta maaf secara langsung. Tapi aku cupu untuk masalah ini. Aku takut ketemu kamu. aku takut kamu yang justru minta maaf sama aku. Kamu harus inget, ini bukan salahmu tapi seutuhnya salahku. Ini bukan karena kamu takut ngenalin aku sama Mamamu. Tapi ini kecerobohanku karena berani ninggalin kamu beberapa hari.
Ah, aku benar-benar minta maaf untuk ini. Aku ngerasa bersalah waktu aku harus bilang kita putus. aku juga ngerasa sangat sangat bersalah waktu kamu harus denger aku jadian sama Jo. Tapi ternyata ini semua isi hatiku, Mas. Ya, ternyata selama ini aku jatuh cinta dengan Jo, dan sangat mencintainya. Maafkan aku lagi.
Aku geli ketika aku mengingat kempali perjalanan kita dulu. Aku juga malu karena itu dan aku juga marah dengan diriku sendiri. Dulu aku sangat cenmburu dengan Santi, wanita pujaan mamamu itu, tapi sekarang aku jadi marah karena ternyata harusnya kau yang cemburu dengan Jo bukan aku yang cemburu pada Santi karena tak sedikitpun kau menyukainya saat itu.
Tapi hari ini, aku mengajurkan padamu. Seharusnya kamu turuti saja permintaan Mamamu itu. Santi cantik. Dia sangat cocok denganmu. Bahkan mungkin saja kau akan bahagia bersamanya lebih dari saat bersamaku.
Ah, terlalu panjang aku menulis ini.
Sekali lagi aku minta maaf atas semua ini.
Maafkan aku.

Emi.


            “Apa itu, Sayang?” Jo tiba-tiba datang dan mengagetkan Emi. Tangan Emi bergerak cepat melipat lembaran itu dan memasukkannya kedalam amplop. Sebelum Jo sempat membacanya, Emi sudah terlebih dahulu melekatkan lem pada amplop dan memutupnya rapat. “Surat untuk siapa?”
            “Ini untuk Ajeng. Aku harus mengirimkan surat ucapan terimakasih ini untuknya.” Dengan sigap Emi menyusun kata-kata itu.
            “Hah? Buat Ajeng kok harus kirim surat? Kan bisa lewat SMS, bisa telpon, emailkan juga ada. Kenapa harus pakai kirim surat segala?”
            “Biar kelihatan romantis.”
            Emi berjalan menuju ambang pintu, Jo mengikutinya dari belakang. Mobil sedan hitam baru milik Jo sudah bersiap mengantarnya bekerja. Hari ini Jo akan berangkat ke Bandung. Aku berharap dia pulang membawa brownis kesukaanku.
            “Aku pergi dulu, Sayang.” Satu kecupan mendarat tepat di kening Emi. Senyum simpul dari Emi mengantar Jo meninggalkan rumah.
            Emi bergegas menutup pintu dan menyambangi kamar Jo, mengambil handphonenya.
           
            Aku tunggu di Amore Café jam lima hari ini. Terimakasih.
            Terkirim: Dimas
           
●●●
            “Hei.” Sapa Emi pada Dimas. Masih sperti dulu, Dimas masih terlihat sangat seksi dari pandangan Emi. “Terimaksih mau datang.”
            “Sebenarnya ada apa ini? Apa Jo tidak marah kau  menemuiku di sini?” Dimas menarik kursinya. Lalu duduk.
            “Jo sedang di Bandung.” Emi memasukkan tangannya kedalam tas rajut yang dia dudukkan di pangkuannya sedari tadi. “Ini untukmu.”
            Ketika tangan Emi dijulurkan, Dimas terlihat begitu kaget. Dimas tak tahu apa maksudnya. Di tangan Emi tergenggam sebuah amplop kecil berwarna pink.
            “Apa ini?” Dimas mengambil amplop pink itu dan memandangnya lekat. Ataukah ini artinya Emi masih mencintaiku? Gumam Dimas dalam hati.
            “Terima saja.” Emi kembali menutup tas rajutnya. Lalu dia berdiri dari duduknya. “Terimakasih, Mas. Untuk semuanya.”
            Emi pergi menjauh. Bayangannya kini sudah tak bisa diraih oleh Dimas. Perlahan dia membuka amplop itu. Dibacanya satu persatu tulisan tangan Emi.
            “Ini Epilog.”
●●●
Never mind
I'll find someone like you
I wish nothing but the best for you too
"Don't forget me," I begged
"I'll remember," you said
"Sometimes it lasts in love
But sometimes it hurts instead."
Sometimes it lasts in love
But sometimes it hurts instead,
Yeah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar