Sekali lagi jingga membuatku selalu terpana. Jepretan-jepretan hasil kamera yang kumiliki semuanya berisi jingga. Ya, hanya jingga yang selalu datang ketika senja menghampiri duniaku. Jingga, ya benar Jingga yang selalu ada dibenakku. Senja kini akan membawa Jinggaku pergi. Jauh, jauh, dan benar-benar jauh akan meninggalkanku sendiri.
Ketika senja datang aku menemukanmu sudah bersandar di sampingku. Tanganmu memegangi kamera milikku lalu kamu memuputar lensa dan ribuan gambar kamu buat di sana. Lagi-lagi tentang senja. Kali ini kamu sendiri yang mengambilnya. Aku hanya terjatuh dalam bayangan kelam yang akan datang.
Ini keinginanmu sendiri. Mengajakku duduk di taman kampusmu lalu menikmati senja berdua. Lalu lalang orang tak membuatmu berpaling dengan ribuan cerita yang tak berhenti terucap dari bibirmu.
"Berapa menit lagi kamu akan pergi?" tanyamu.
"Tiga hari."
"Tiga hari itu berapa menit?" lagi-lagi kamu menanyakan hal seperti itu. aku tahu, sayang, kamu yang selalu ingin menghitung waktu dengan menit. Aku tahu kamu yang selalu ingin lebih lama berada di sini bersamaku. "Satu jam itu 60 menit, berarti sehari ada 1440 menit, lalu tiga hari ada 4320 menit. berarti aku masih akan lema duduk di sampingmu seperti ini ya, Nif."
Aku hanya tersenyum. Lagi-lagi tersenyum untuk membahagiakanmu. aku tahu hatimu sangat pilu, tapi mau bagaimana lagi, sayang. Aku terjebak dalam situasi yang tidak ku inginkan.
"Gimana lolos?" tanpa sebuah salam yang selalu kau lontarkan, aku mendengar suaramu yang tidak sperti biasanya. "Aku tahu kamu pasti lolos dan doaku kamu lolos di UGM."
"Aku lolos."
"Selamat ya."
"Tapi bukan UGM." seketika takku dengar lagi suaramu. Sedetik, dua detik, tiga detik, empat detik, dan didetik kelima aku mendengar sesenggukan dan suara tangisan mulai ada. "Aku tetap akan selalu ada disisimu."
Aku tahu di dalam doamu selalu ada namaku, aku juga selalu tahu kamulah satu-satunya orang yang berdoa agar aku tetap tinggal di sini, di smpingmu, tapi kenyataan Tuhan mnginginkan yang berbeda. Tiga hari lagi aku akan pergi dan kepergianku akan lama. Akan tetapi kamu harus ingat, aku akan kembali ke sisimu setelah itu.
Senja sudah mulai ingin menghilang. Kamu juga memutuskan hal yang sama.
"Kita foto dulu ya, Nif."
Hanya sepucuk senyum yang bisa kuberikan, dan aku berharap senyumku itu mampu mengobati luka yang kugoreskan tepat dipusat hatimu.
"Selamat jalan, ya. Semoga kita akan sama-sama sukses meski dilain tempat dan keadaan." lagi-lagi kamu membubuhkan senyuman manis yang seketika mematikan hatiku. "Saat kembali nanti semoga kamu masih mengingatku dan hari-hari kita."
"Ini bukan hari terakhir. Kita masih bertemu besok dan lusa."
"Setelah itu kamu akan benar-benar pergikan?"
"Katamu kita masih punya waktu yang lama, katamu 4320 menit itu lama."
"Itu tadi, sebelum benakku benar-benar merasa sangat akan kehilangan dirimu."
Lalu kamu pergi. Kamu berlari. Aku hanya bisa bertahan dan bodohnya diriku seharusnya aku berlari mengejarmu.
***
"Ah, kita sama ya, kita sama-sama ambil manajemen ya meskipun aku cuma mampu di UNY dan kamu di UGM." aku selalu bahagia ketika senja datang dan kamu berada disampingku dengan ribuan cerita yang selalu tersaji. "tapi kamu pilihan pertama ambil UI ya? semoga kamu ketrima di UGM ya, biar kita enggak musti jauh-jauhan. Biar kita bisa lihat senja seperti ini."
Lalu perasaan sesal itu muncul. Seharusnya aku tidak pernah mengambil pilihan pertama UI, seharusnya keinginanmulah yang aku jadikan pilihan pertama. Aku menyesal ketika aku harus kehilanganan raut bahagiamu dan senja kita.
Hari ini dua hari setelah kamu berlari dan meninggalkanku di sini. Kini aku kembali melihatmu berjalan dengan langkah gontai dan menatap senja lekat.
"Seharusnya kamu tidak usah mampir kemari." katamu, lalu kamu menyandarkan tubuhmu dipohon yang berdiri kokoh tepat dibelakangmu, "Seharusnya kamu tahu, ini akan membuatku semakin sulit untuk melepasmu pergi dan meraih semua impianmu."
"Impianku ada di sini. Impianku telah jatuh dalam genggamanmu. Aku benar-benar tidak bisa jauh darimu."
"Lalu apa yang akan kita lakukan? Kamu sudah terlanjur akan pergi."
"Aku membatalkan semuanya. Aku akan menetap disini bersamamu."
"Lalu kuliahmu?"
"Aku pindah ke UGM seperti keinginanmu, karena bagiku keinginanmu adalah yang utama." dan senyummu mengembang. Air matamu kau usap perlahan. Matamu menatapku sungguh terlalu lekat.
"Terimakasih.
Kini jam pasirpun tak mampu menghitung kebersamaan kita. Aku disini, aku akan selalu berada di sini.
"Tetaplah menjadi Jingga untuk setiap senjaku, Jingga."
dibatas mimpi -monita
karena sesuatu yang hanya ada dikepala itu sangat mengganjal
dan ketika semua itu hanya keinginan yang tak akan pernah datang
selamat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar