Dimas,
Aku bingung mau nulis apa. Tapi aku
tahu kamu udah paham, Mas. Aku bingung mau ngomong dari bagian yang mana. Tapi sekali
lagi aku percaya gak perlu aku ngomong aja kamu udah paham semuanya.
Mas, intinya aku mau minta maaf. Ya,
minta maaf atas segala kesalahanku. Semuanya. Aku tahu enggak akan dngan mudah
kamu maafin aku. Tapi lagi-ali aku yakin banget tanpa aku minta maafpun kamu
akan mencoba maafin aku.
Hari ini aku ngerasa jadi orang
paling konyol waktu aku putusin untuk nulis surat ini. Surat yang isinya ucapan
minta maaf. Awalnya aku piker, aku akan datang ke rumahmu, ketemu kamu lalu
minta maaf secara langsung. Tapi aku cupu untuk masalah ini. Aku takut ketemu
kamu. aku takut kamu yang justru minta maaf sama aku. Kamu harus inget, ini
bukan salahmu tapi seutuhnya salahku. Ini bukan karena kamu takut ngenalin aku
sama Mamamu. Tapi ini kecerobohanku karena berani ninggalin kamu beberapa hari.
Ah, aku benar-benar minta maaf
untuk ini. Aku ngerasa bersalah waktu aku harus bilang kita putus. aku juga
ngerasa sangat sangat bersalah waktu kamu harus denger aku jadian sama Jo. Tapi
ternyata ini semua isi hatiku, Mas. Ya, ternyata selama ini aku jatuh cinta
dengan Jo, dan sangat mencintainya. Maafkan aku lagi.
Aku geli ketika aku mengingat
kempali perjalanan kita dulu. Aku juga malu karena itu dan aku juga marah
dengan diriku sendiri. Dulu aku sangat cenmburu dengan Santi, wanita pujaan
mamamu itu, tapi sekarang aku jadi marah karena ternyata harusnya kau yang
cemburu dengan Jo bukan aku yang cemburu pada Santi karena tak sedikitpun kau
menyukainya saat itu.
Tapi hari ini, aku mengajurkan
padamu. Seharusnya kamu turuti saja permintaan Mamamu itu. Santi cantik. Dia sangat
cocok denganmu. Bahkan mungkin saja kau akan bahagia bersamanya lebih dari saat
bersamaku.
Ah, terlalu panjang aku menulis
ini.
Sekali lagi aku minta maaf atas
semua ini.
Maafkan aku.
Emi.
“Apa itu, Sayang?” Jo tiba-tiba
datang dan mengagetkan Emi. Tangan Emi bergerak cepat melipat lembaran itu dan
memasukkannya kedalam amplop. Sebelum Jo sempat membacanya, Emi sudah terlebih
dahulu melekatkan lem pada amplop dan memutupnya rapat. “Surat untuk siapa?”
“Ini untuk Ajeng. Aku harus
mengirimkan surat ucapan terimakasih ini untuknya.” Dengan sigap Emi menyusun
kata-kata itu.
“Hah? Buat Ajeng kok harus kirim
surat? Kan bisa lewat SMS, bisa telpon, emailkan juga ada. Kenapa harus pakai
kirim surat segala?”
“Biar kelihatan romantis.”
Emi berjalan menuju ambang pintu, Jo
mengikutinya dari belakang. Mobil sedan hitam baru milik Jo sudah bersiap
mengantarnya bekerja. Hari ini Jo akan berangkat ke Bandung. Aku berharap dia
pulang membawa brownis kesukaanku.
“Aku pergi dulu, Sayang.” Satu kecupan
mendarat tepat di kening Emi. Senyum simpul dari Emi mengantar Jo meninggalkan
rumah.
Emi bergegas menutup pintu dan
menyambangi kamar Jo, mengambil handphonenya.
Aku tunggu di Amore Café jam lima hari ini. Terimakasih.
Terkirim: Dimas
●●●
“Hei.” Sapa Emi pada Dimas. Masih sperti
dulu, Dimas masih terlihat sangat seksi dari pandangan Emi. “Terimaksih mau
datang.”
“Sebenarnya ada apa ini? Apa Jo tidak
marah kau menemuiku di sini?” Dimas
menarik kursinya. Lalu duduk.
“Jo sedang di Bandung.” Emi
memasukkan tangannya kedalam tas rajut yang dia dudukkan di pangkuannya sedari
tadi. “Ini untukmu.”
Ketika tangan Emi dijulurkan, Dimas
terlihat begitu kaget. Dimas tak tahu apa maksudnya. Di tangan Emi tergenggam
sebuah amplop kecil berwarna pink.
“Apa ini?” Dimas mengambil amplop
pink itu dan memandangnya lekat. Ataukah ini
artinya Emi masih mencintaiku? Gumam Dimas dalam hati.
“Terima saja.” Emi kembali menutup
tas rajutnya. Lalu dia berdiri dari duduknya. “Terimakasih, Mas. Untuk semuanya.”
Emi pergi menjauh. Bayangannya kini
sudah tak bisa diraih oleh Dimas. Perlahan dia membuka amplop itu. Dibacanya satu
persatu tulisan tangan Emi.
“Ini Epilog.”
●●●
Never mind
I'll find someone like you
I wish nothing but the best for you too
"Don't forget me," I begged
"I'll remember," you said
"Sometimes it lasts in love
But sometimes it hurts instead."
Sometimes it lasts in love
But sometimes it hurts instead,
Yeah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar