"hidupmu bukan busuk lagi, tapi sudah mati. otakmu sudah terinjak-injak. dan kamu lebih tepat dikatakan mati" -dia
begitulah kira-kira. aku memang lebih pantas mati dari pada menjalani hidup ini. tak seorangpun mampu mengajakku untuk memperoleh semangat itu lagi. tidak, smuanya. hingga aku harus rela menjatuhkan otakku dan menginjak-injaknya didepan mataku sendriri. ini keren. aku tidak pernah melakukan hal seperti itu lagi, setelah yang terakhir saat aku hampir mati karena aku berusaha memasukan sbuah telur cacing kedalam pori-pori kakiku sendiri. itu bukan gila, tapi aku sangat cerdas. aku memikirkannya sejak lama. cara bunuh diri yang belum pernah dicoba orang lain.itulah terakhirkali aku melakukan sesuatu yang indah sbelum hari ini.
"itu sangat mempesona. tidakkan kamu berfikir untuk menginjak-injak otakmu sendiri?" -lagilagidia
dia berkata seperti itu padaku. dan aku berpikir dengan apa yang dia katakan. lalu aku mengeri. satu lagi keindahan dalam hidup ini. ketika aku telah memikirkannya lebih dari dua tahun, aku lalu memutuskan. hari ini. ya, hari ini. hari ini aku akan melakukannya. pagi-pagi sekali aku menyiapkan soldier. lalu aku masuk kedalam kamarku. aku mempersiapkan diriku. aku meyakinkan diriku sendiri. ini akan menjadi sesuatu yang indah.
kugunting semua rambut yang ada dikepalaku. hingga tak satupun yang tersisa. kusiapkan soldier ditanganku. lalu aku menyalakannya dan memutarnya mengikuti bentuk kepalaku. segera kuambil otakku. lalu aku menaruhnya di dekat kakiku. kuinjak-injak sketika. ini sangat menawan, indah.
"kenapa kau lakukan itu?"
aku tersnyum. ini karena kamu. pertanyaan ringan darimu itu membuatku ingin tertawa. kenapa kau tidak mengerti?
"katamu ini keren. katamu ini indah, bukan? kenapa kau sekarang malah bertanya seperti itu padaku? bukankah kau yang mengatakan semua itu padaku? apa kau tak sadar aku selalu mendengar apa katamu. aku selalu berusa menjadi yang paling indah dimatamu. apa kau tak pernah mengerti tentang itu? aku amat sangat peduli padamu. namun ternyata kau tak sedikitpun peduli denganku. ternyata kata-katamu itu hanya sampah. "
aku pergi dengan kepalaku yang tak brbentuk. ternyata selama ini aku salah. aku salah mempedulikanmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar